Cerita Santri : Mengenang Diary

-Membacamu kembali-
Membacamu kembali, mengajakku merefresh ulang mimpi-mimpiku, perihal mimpi yang telah dan belum tercapai, perihal mimpi yang hilang oleh keadaan dan perihal mimpi-mimpi baru.
Membacamu kembali, menyadarkanku bahwa hidup tak selamanya hitam atau putih, banyak yang sudah berubah dengan diriku, keluargaku, teman-temanku dan siapapun di zaman itu.
Membacamu kembali, akupun paham, tidak mudah untuk merubah gaya hidup, kita perlu dipaksa, merasa terasing dan lelah. Istiqamah ternyata lebih sulit, dunia disekeliling semakin menggoda, membuat kita ingin kembali pada kebebasan yang pernah diidamkan, terbersit keinginan untuk sejenak mencicipi hidup dikebanyakan usia, aku terus bertanya, "bagaimanakah rasanya?" 
 Membacamu kembali, bisa menjadi pengingat diri. Keluarga, daftar mimpi, catatan aktivitas, renungan dan motivasi serta cerita benci yang dirubah zaman pada sebenar arti, mereka marah, mereka menghukum adalah karena sayang. 
Membacamu kembali, rasanya aku dahulu adalah adikku kini, yang harus ku nasihati dengan seni. Ku ingin membentuk adikku sebaik mungkin, menjaganyanya dari hawa buruk kehidupan, mengasah betul betul bakatnya sedari ia kecil. 
Membacamu kembali, tak seperti menulismu dahulu, tulisan yang kusam mengajakku tersenyum atas cerita sedih, marah senang dan konyol dalam buku ini.
Membacamu kembali, membuatku rindu pada setiap inci kehidupan disana, kehidupan dahulu yang pernah kukesali tapi nyatanya kucari lagi. Kau tau, banyak yang berubah dengan kehidupan disana, bahkan mereka dengan ikhlas memaafkan kebobrokan siswa aneh dan banyak tingkah ini. 
Membacamu kembali, mengingatkanku perihal hati. satu pelajaran darinya, "jangan jelaskan 'perasaanmu' pada manusia jika belum ada komitmen yang jelas. Sebab, ketika zaman berubah, rasamu berubah n kau berusaha melupakannya mereka justru memaksamu untuk mengingatnya".
 Membacamu kembali, tak perlu kumaki diriku seperti dalam catatanmu. Aku siap menjadi diriku yang sekarang tanpa harus memalsukan siapa diriku dahulu. satu hal, siapapun berhak berubah, berhak menjadikan masa lalu sebagai kekuatan bukan kelemahan untuk masa depan. 
Membacamu kembali, iya kamu, 3 buku harian paket SMA yang sempat selamat dari razia massal di asrama dulu.
So, bagaimana denganmu kawan?
apa kabar buku harian yang dulu selalu kita sembunyikan dan kita jaga dari pembaca pembaca ilegal. kita butuh ruangan dan waktu untuk menulis buku itu, bahkan sering mencuri waktu, berpura2 menulis pelajaran yang nyatanya hanya menulis sebuah coretan gejolak rasa. kita bebas membicarakan siapapun dalam tulisan kita, bahkan rahasia-rahasia yang tidak perlu diungkapkan. beberapa tulisan alay pernah menghiasi, menulis hal yang paling rahasia dengan hurup sandi sendiri. tak jarang, saat perasaan berubah, kita justru mencoret, merobek dan membuang tulisan itu sebelum dibaca orang lain. percayalah, kau tidak mudah menyembunyikan rahasia di asrama dalam sebuah buku, y kau simpan rapat dlm lemari atau kasurmu, anak asrama itu kreatif untuk mengobati penasarannya. 
apa kabar buku harian jika terdengar desas desus razia. semula itu sangat penting, tapi kita bisa saja membakarnya, melemparnya ke atap, atau bahkan menghanyutkannya di sungai kecil kamar mandi kita demi menyelamatkan diri.Tidak sedikit buku yang tertangkap n mengungkap banyak rahasia.
dan apa kabar kini? sudah kemana buku harianmu? usang, dimakan hewan? jadi pembungkus ikan asin? hangus? tersimpan rapat dalam kardus buku bekas? atau tetap kau tata dalam deretan buku2 penting dalam rakmu yang sewaktu2 bisa kau baca? 
Merdekalah dengan caramu!
Jogja, 02 September 2018


Komentar

Postingan Populer