Sepotong Episode Tunas Baru FLP Yogyakarta
Sepotong Episode
Tunas Baru FLP
Yogyakarta
Sebenarnya
aku bingung mau daftar atau tidak. Berhari-hari aku hanya bisa memandangi broadcast
oprec FLP Yogyakarta yang terpampang di group whatsapp Jurnalistik AMM 2 yang
diampu oleh UKKI UNY. Nominal rupiah yang tertera membuatku sedikit dilema,
rasanya sulit sekali dijangkau oleh anak rantau plus ngekos yang dilanda krisis
ekonomi. Bagaimana jika aku tak lulus? Sia-sia lah. Tapi ternyata hati kecilku
berontak, ia tau impianku, ia tau aku sangat membutuhkan ranah untuk belajar
menulis, dan bukankah rezeki sudah diatur Allah.
Ujung-ujungnya
aku daftar juga, sebab rasanya terlalu lemah jika impian harus dikalahkan oleh
keadaan. Aku segera membuat karya tulis dan mengumpulkannya tepat waktu. Sayangnya
HPku rusak, berkali-kali aku meminjam HP teman untuk konfirmasi dan
tanya-tanya, sehingga narahubung terkesan bingung, nomorku sebenarnya yang mana.
Seminggu setelah wawancara di UGM ternyata membawa kabar gembira, Alhamdulillah
aku lulus. Tibalah saatnya seleksi tahap dua, reading and writing class sebanyak empat kali pertemuan dan dibarengi dengan materi kepenulisan.
Pertemuan pertama, aku kelimpungan. Susah juga kalau zaman now tak punya HP. Tapi positivenya
dengan ketiadaan HP ternyata makin disiplin dan berhati-hati, buktinya aku
sudah standby dari jam tujuh. Dengan bermodalkan HP teman, aku memesan gojek
dan langsung meluncurdari Karangmalang ke kota baru. Setiba di sana ternyata hanya
ada sepi, sepi yang bertebaran mengejekku. Terlalu cepat! Terlalu semangat!
Kebablasan! Ah, kalau saja teman-teman SMA melihatku datang di awal seperti ini,
mereka pasti bilang “Tumben gak telat, kena sambet jin apa kau?”.
Acara
dimulai jam 08.00 dan sekarang baru sekitar 07.10. Aku bingung dan ragu masuk
ke dalam, pura-pura aku menatap gedung di hadapanku, kalau saja ada HP pastilah
aku pura-pura serius nunduk main Hp, walaupun gak ada apa-apa. “Mbak, FLP?” seorang
wanita menghampiriku dengan motornya, sepertinya ia salah satu panitia acara kali ini.
“Iya
Mba” jawabku. Ia pun menyuruhku naik ke lantai tiga saja. Tiba di tangga menuju
lantai tiga, aku mengintip, panitia masih beres-beres dan tentu saja ini masih
terlalu pagi untuk orang Indonesia hadir dalam acara. Aku malu, malu jika harus
duduk manis sendirian ditengah-tengah panitia yang masih beres-beres. Ah, aku
lebih baik mundur dan ngumpet di kamar mandi. selang beberapa menit, astaga!
Ternyata aku ngumpet toilet pria. Gila ini, aku segera keluar sebelum ada yang
kebelet masuk. Di toilet wanita sama saja, aku merutuk sambil memandangi diri
di cermin, alih-alih memperbaiki bros dan jilbab yang miring.
Lama
di kamar mandi rasanya semakin bodoh, aku beranikan diri naik ke atas, sudah
hampir setengah 8, dan belum ada juga yang datang selain aku. Ya sudahlah, tidak
apa-apa. Beberapa menit kemudian, akhirnya peserta berdatangan dan semakin
ramai, huah! Akhirnya. Dua orang MC maju ke depan membuka acara, sementara aku
sibuk berkenalan dengan orang di sekelilingku. Begitu bervariasi. Ada ibu-ibu,
mahasiswa (kebanyakan tingkat madya dan tingkat akhir), pekerja, bahkan orang tua. Tentu
saja aku merasa diriku paling muda di aula ini, haha.
Pemateri
kali ini adalah Pak Ganjar, founder Rumah Baca Jogja dan pastinya pengurus FLP.
Beliau begitu asyik menyampaikan materi. Berkali-kali kami tertawa dibuatnya.
Beliau juga memberikan sebuah analogi. Ibarat kita adalah sebuah teko. Teko
yang diisi dengan kopi pastilah menuangkan kopi. Artinya, apa yang kamu tulis
menunjukkan apa yang kamu baca. Teko bertugas mengisi gelas-gelas kosong.
Menuangkannya hingga habis malah akan menuangkan sisa-sisa serbuk tak berguna.
Untuk itu jangan lupa mengisi teko terus menerus agar mampu mengisi gelas-gelas
lain. Sebuah analogi bermakna seribu nasihat. Aku merasa tercerahkan. Usai
materi, kami terbagi kedalam beberapa kelompok. Saatnya reading and writing
class. Adapun penugasannya yaitu meresensi buku secara individu dan membuat proyek kepenulisan secara kolektif.
Pertemuan kedua, aku keluar bersama sepedaku. Di tengah jalan,
aku merasa sepedaku semakin berat. Kuperiksa, ternyata ban belakangnya bocor.
Aku segera menggiringnya ke bengkel terdekat. Sayang, bengkelnya tidak menerima
tambal ban sepeda. Aku kembali ke kos dan segera memesan gojek. Syukurlah, hari
ini sudah punya HP (punya teman).
Kali
ini talk show tiga pemateri Penulis Muda Inspiratif. Mba Nina dengan
keterbatasan fisiknya yang mampu menorehkan banyak prestasi, Mba Istiana dengan
quotenya sehingga mempunyai ribuan followers dan Mba rias dengan jurnal 365
harinya. Kali ini aku memang harus banyak-banyak berkaca bahwa aku tak punya
alasan untuk diam dan tidak menulis. Pertemuan ketiga cukup serius. Mba Uti
selaku ketua FLP Yogyakarta menjadi pemateri dengan tema menulis nonfiksi
serasa fiksi. Pertemuan keempat bersama Mba Afifah Afra dengan tema Proses
Kreatif Penulisan Novel. Ah, aku semakin sadar, ternyata wawasan kepenulisanku
masih dangkal. Oh ya, di pertemuan keempat, reading and writing class diganti dengan presentasi hasil proyek kelompok selama tiga minggu ini. Kelompokku sendiri membuat antalogi cerpen dengan tema "Hilang".
Alhamdulillah,
sebanyak 62 orang lolos tahap kedua dan sudah menjadi anggota FLP Yogyakarta.
Tak kusangka ternyata aku ikut di dalamnya. Rangkaian acara selanjutnya yaitu
PDKT dan Empatik 1 yang bertempat di SMP IT Nurul Islam. Sebelumnya kami
berkumpul di IEC dan kembali disuguhi materi Suspense oleh Mas Abenanza. Selain
itu, kami juga membentuk kelompok baru untuk haflah di hari terakhir nanti.
Setiba
di sana, kami dijamu materi mengeni eksplorasi ide. Kami dilatih membuat cerita
dari gambar, menyambung cerita dengan gambar lain, membolak balik emosi dan
menulis di bawah gangguan para panitia. Ada yang bernyanyi, ngajak ngobrol,
gendang-gendang, bersih-bersih dan rentetan sandiwara lainnya. Usai ishoma,
kami berkumpul melingkar di dalam ruangan gelap. Di tengah-tengah kami sudah
menyala lilin bertuliskan FLP. Malam ini kami akan membangun istana impian
dengan mengutarakan mimpi masing-masing lalu menyalakan 1 lilin yang sudah
dipersiapkan. Satu persatu pun bicara kecuali beberapa orang termasuk aku.
Aduh, kali ini lagi-lagi aku kalah dengan rasa maluku. Sedikit menyesal sebenarnya.
Aku
sangat bersyukur, kerena nilai-nilai islam begitu terjaga di forum ini. Tahajjud,
tilawah, shalat jama’ah dan dzikir alma’tsurat tidak ditinggalkan. Pagi hari
setelah senam, kami disuruh membuat cerita dengan tema yang di cecerkan
panitia. Sebelum mengatahui tema, setiap anggota kelompok menentukan tokoh,
watak dan profesi tokoh dalam cerita masing-masing. Ternyata kami hanya boleh
menulis satu kalimat dari cerita yang sudah dirancang, sisanya dilanjutkn
anggota yang lain dan pastinya dengan waktu yang sangat terbatas. Apalagi anggota
kelompokku paling ramai, 12 orang. Dan akhirnya terciptalah karya yang absurd
dan tidak nyambung. Tapi ada beberapa yang nyambung sih. Hh.
Selanjutnya
acara Katakan Cinta (lebay kan namanya) yang dibersamai oleh Ustadz Yusuf
Maulana. Keren deh pokoknya. Selanjutnya penampilan haflah. Kelompokku maju
pertama kali dengan haflah puisi berantai. Ah, aku membuat kesalahan saat membaca
puisi yang jadi bagianku, HP tiba-tiba tidur dan ketika di nyalakan posisinya sudah
tidak seperti awal. Aku tak menemukan dimana puisiku, jadinya aku ngawur dan
mengarang kata sehingga yang akan menyambung cerita jadi heran. Hehehe, sorry.
Penampilan berikutnya tak kalah bagus, keren-keren deh pokoknya. Setelah itu,
kami diajak mengenal FLP Yogyakarta dan pengurus-pengurusnya. Usai menentukan
ketua angkatan, maka selesai sudahlah acara.
Finally,
kami foto bareng. Dan ternyata bukan cuma Yamaha saja yang selalu di depan,
dalam acara foto bareng seperti ini aku juga selalu menjadi garda terdepan
kebalikan dari acara PBB di Pramuka. Selesai sudah, pulang.
Ingin mengetahui FLP
Yogyakarta lebih lanjut? Kunjungi www.flpyogya.org
Komentar
Posting Komentar